Wednesday, September 29, 2010

Stalker, Seseorang yang Luar Biasa

Hanya berpikir, orang yang menyukai secara diam-diam (atau kita sebut saja 'stalker' untuk saat ini) itu sangat luar biasa.

How come?

1. Entah bagaimana caranya, stalker bisa tahu semua informasi orang yang disukainya dengan detail.

2. Seorang stalker selalu memendam dalam hati semua perasaan yang ingin diekspresikan. Mulai dari bahagia, jealous, sedih, etc.

3. Seorang stalker bisa menyimpan perasaannya (suka, sayang, cinta) selama yang dia inginkan. (Bisa jadi 1 tahun, 2 tahun, etc.)

4. Seorang stalker sudah bahagia hanya dengan melihat orang yang disukainya dari jauh.

5. Seorang stalker selalu siap terluka jika orang yang disukainya berganti status 'taken'.

6. Seorang stalker hanya bisa mengagumi dari jauh.

7. Seorang stalker terkadang berharap orang yang disukainya akan melihatnya, tetapi tidak berharap terlalu tinggi.

8. Seorang stalker akan menggunakan berbagai cara supaya bisa melihat orang yang disukainya.

9. Dan pada akhirnya seorang stalker hanya bisa mengalah, berharap orang yang disukainya akan bahagia.

Beberapa alasan yang udah aku sebutin di atas, merupakan pengamatanku berdasarkan cerita dan tingkah temen-temen deket aku. Dan beberapa juga ada yang pengalaman pribadi sih, hehe.

Kalau ada yang nggak cocok sama kalian atau mungkin dianggap berlebihan, I'm really sorry to that :)

Sunday, September 26, 2010

Essay on Life Environment

As a mega biodiversity country, Indonesia plays a very important role on the earth. Every moment 240 Indonesian citizens directly contribute either positively or negatively to their environment, and more than half of them are children. Children are the next generation who are going to determine either the bad or good quality of Indonesian environment.

At present, the quality of Indonesian environment is in critical condition. There are forest destruction, pollution, global warming and loss of ocean resources.

Environment problem is one of which effect has just been recognized, but sooner or later it will lead to other problems which are rooted from the wrong economic development. The environment has only become a showcase in the development of this nation. Millions hectares of forest are cut down every year for the sake of few people. On the other hand, thousands even millions of people must die because many factories. Million hectares of land have been robbed. This affects the people either directly or indirectly despite the government rules which are already authorized.

Basically, the environmental problems all around the world come from the same problem roots : low awareness, the knowledge and our point of view on the environmental problems themselves. If we have a chance to see the nature of Indonesia from the air by a plane or when we are surfing the internet through Google Earth, we will certainly realize the worrying our environmental condition. Our way of thinking on the environmental problem and consider it as low priority must be extremely changed immediately since the handling of the complicated problem is the responsibility of the whole nation and it needs our active role in a real commitment.

Environment pollution is our problem which needs to solve since it involves our health, life and safety. Everyone may take part in solving the problem. We can start from the smallest, ourselves up to a wider space.

The problems that must be saved immediately are water and river pollution, air pollution in the cities, soil contamination, acid rain, global climate change, the thinning of the ozone layer, radioactive contamination, etc.
     
The solution consists of the prevention and management. Basically, the prevention is reducing the pollutant in order to prevent further destruction on the environment. For example by reducing the amount of garbage / waste by reuses and recycles.
        
In industry, it may be done by reducing the use of water, the waste and PBT (Persistent, Bio accumulative, and Toxic) chemicals and gradually replace it with Green Chemistry. Green Chemistry is all products and chemical process which reduce or omit dangerous substance.
     
Prevention can also be done by replacing household appliances, or the motor vehicle full with a more environment friendly material. Conservation, the use of alternative energy, alternative means of transportation and sustainable development can also be done.
     
Management is very important to keep the environment clean and healthy. Management can be in the form of making standardized environment quality, environment monitoring and the use of technology to over come the environmental problem. World cooperation is needed to overcome global problems like climate change, the thinning of ozone layer, and global warming.
     
Climate change is a major issue nowadays and it needs attention from any country, company and people to suppress the gas of greenhouse effect and global warming. Many measures can be down by promoting changing in economics and way of living such as energy efficiently, alternative energy, forest conservation and environment friendly consumption.
     
Life environment Day on every June, 5 is a crucial moment to grow the public empathy on their live environment and develop the effort of environment conservation. Life environment Day must be effectively utilized to remind the society, nation and the people in the world about the fate of the earth which is now very critical. It was reported sometime ago that the age of earth is only one more century left.
     
What is meant by the “age” is the limit that the earth can still be inhabited. In astronomy, there is another theory which connects this to the theory of star evolution, which says that the age of the earth is still 4.5 billion years more. However, the global warming and the continuously reducing environment quality cause some scientists to call the next century as one final century.
     
The Live Environment Day which is commemorated on 5 June is an important moment to grow the empathy of the people on their life environment and increase the political willingness to attend and do real act to conserve the environment.
     
Finally, a movement is needed to create a good and clean environment. A hard work is needed to maintain the people’s right of the environment. This process must be continuously supported and spread so as to form it as a part of the style, way living and wisdom. Let’s take a part and care for our earth. Stop destruction!
(Dewi Rachmawati Wardani)

Tuesday, September 07, 2010

Damn, I Failed

Semua orang pasti punya impian. Tapi gimana sih perasaan kalian kalau impian itu nggak terwujud? Sedih itu udah pasti. Kecewa sama diri sendiri juga pasti iya. Dan yang jelas kita bakal nyeseeeeel banget kalau impian itu sampai gagal.

Tau nggak, pertama aku masuk SMA, aku punya impian sederhana yaitu pengen banget ikut ekskul paski. Terus bisa jadi paskot bahkan pasnas (amin). Makanya waktu MPLS (masa pengenalan lingkungan sekolah) atau mungkin lebih dikenal MOS, ada kakak-kakak nanyain siapa yang minat ikut paski, aku langsung angkat tangan dengan semangat. Ternyata buat gabung di ekskul paski itu sendiri nggak segampang yang aku bayangin. Pertama setelah melewati seleksi PBB dasar dan ditetapkan jadi capastu (calon pasukan satu), kita masih harus mengikuti tes wawancara. Kalau tes wawancara itu lolos, baru kita jadi pastu (pasukan satu). Nah, dari pasukan satu itu baru nanti jadi capas (calon paskibra) dan akhirnya jadi paskibra. So far, aku masih optimis buat bisa masuk paski. Namanya juga mengejar impian, pasti harus optimis doooong.

Hari tes wawancarapun tiba. Deg-deg an sih, but I have to give my best in this interview. Menit demi menitpun berlalu dan tes wawancara itupun berakhir. Sekarang kami, calon pasukan satu tinggal menunggu pengumuman siapa yang bakal lolos dan diterima menjadi pastu. Like the previous, aku masih optimis bisa masuk paski.

Sekitar 2 hari berikutnya, waktu pulang sekolah, nggak sengaja aku lihat ada pengumuman lagi ditempel di majalah dinding deket tempat parkir. Penasaran, aku pengen lihat pengumam apa sih itu? Aku kaget begitu tahu kalau itu ternyata pengumuman anggota pastu. Lebih kaget lagi begitu tahu kalau namaku NGGAK ADA di kertas itu. Bisa bayangin nggak, rasanya itu kaya kamu lagi terbang dengan balon udara, ditemani angin semilir dan kicauan merdu burung-burung, terus tiba-tiba ada burung gagak yang meletusin balon udaramu, terus kamu jadi jatuh WUSSSSSSHHHHH!

Berakhirlah sudah semua impianku. So simple yaaaa.. Bener-bener nggak terduga. Tapi ya mau gimana lagi, life must go on. Aku nggak boleh stuck gara-gara gitu doang. Mungkin itu emang jalan terbaik yang dikasih sama Yang Di Atas buat aku.

Buat pelajaran aja: 1. Kalau punya impian, optimis bolehlah, tapi jangan berlebihan ya. Kalau nggak kesampaian rasanya sakiiiiiiiit banget.

See ya :)

Friday, September 03, 2010

Berharap Tentangmu

Langit usai menangis
Embun basah membingkai jendela sukma
Dengan tinta gundahku
Perlahan kuukir namamu

***** *******
Kau kukenal tapi kau asing bagiku
Kau kukagumi tapi tak tersentuh olehku
Dan kau tersenyum tapi bukan untukku

Seolah bintang-bintang mengerti
Sinar merekapun meredup
Menemaniku detik ini
Sekali lagi, berharap tentangmu

Ceri dan Biola

             “Panas banget si ni hari, “ gerutuku.
            Hari ini suasana kota Malang memang panas. Mungkin karena efek global warming yang ramai dibicarakan orang saat ini. Ditambah lagi hari ini aku harus pulang jalan kaki seusai pelajaran tambahan di sekolah. Memang jarak antara sekolah dan rumahku tidak terlalu jauh. Tapi cuaca yang tidak bersahabat hari ini membuat jarak terasa sangatlah jauh.
            Seperti biasanya, aku melewati rumah tua dengan pohon ceri. Rumah ini sangatlah sepi. Aku tak pernah melihat ada sosok penghuni yang tinggal di sana. Enak nih kalau siang-siang gini makan buah ceri, pikirku. Toh selama ini rumah itu kosong. Biarpun aku mengambilnya pasti tak ada yang marah.
            Aku pun semakin yakin dengan rencanaku ketika kulihat beberapa buah ceri merah yang menggoda lidahku. Dengan perlahan, kupetik sebuah ceri yang terlihat berwarna paling merah. Kugigit setengah potongan ceri itu. Rasanya sungguh lezat! Segera kuhabiskan setengah potongan tadi dengan lahap dan mulai memetik lagi beberapa buah ceri merah dengan kecepatan yang membuat siapa saja yang melihatnya akan terpana.
            Saat aku asik berkutat dengan ceri-ceriku, kurasakan ada seseorang yang tengah mengawasiku dari belakang punggungku. Segera kuputar badanku dan kulihat seorang kakek tua dengan ekspresi menahan geram kepadaku. Aku pun jadi merasa bersalah. Tak berani kupandang kakek yang tengah duduk di kursi roda. Aku pun dihadapkan pada dua pilihan. Kabur atau minta maaf ??
            Setelah mengalami perang batin yang cukup hebat, akhirnya aku memutuskan malaikatku yang menang. Aku memilih untuk minta maaf kepada kakek itu. Dengan perasaan takut, aku membuka pagar rumahnya. Aku berjalan perlahan menuju tempat kakek dengan kursi roda itu.
            “Ehm.. Kenalkan, nama saya Ceri. Saya sangat suka buah ceri loo, kek. Makanya saya dikasih nama Ceri sama orang tua saya. Kalau kakek namanya siapa?” tanyaku sok akrab pada kakek.
            “Nama saya Ojikawa. Panggil saja Kakek Oji.” jawab kakek itu tanpa melepas pandangannya dariku.
            “Ooh, Kakek Oji ya. Senang bertemu dengan kakek! Sebelumnya saya mau minta maaf kek, karena telah memakan buah ceri kakek tanpa izin. Habisnya, melihat buah ceri kakek yang berwarna merah segar itu, membuat saya ingin memakannya. Kakek mau kan memaafkan saya? Saya janji deh nggak akan mengulanginya lagi.” jelasku dengan memasang tampang semelas mungkin.
            Tak ada sepatah kata pun yang keluar dari mulut kakek itu. Sampai akhirnya kakek itu memecah keheningan. “Kamu adalah Vega,” ucap Kakek itu tiba-tiba.
            “Seperti yang telah saya katakan, nama saya Ceri Kek, bukan Vega.”
            “Tetapi …” Kakek Ojikawa tidak melanjutkan perkataannya.
            “Ya sudah Kek, saya pamit pulang ya.” pamitku undur diri.
            “Iya, pulanglah. Ini sudah sore. Tidak baik anak perempuan pulang terlalu sore.”
            “Eh Kek, tadi saya jadi dimaafkan tidak?”
            “Iya, kamu sudah saya maafkan kok.” kata Kakek sambil tersenyum.
            “Terima kasih Kek! Selamat sore,” ucapku sambil melambaikan tangan kepada kakek tanda perpisahan.
            “Sama-sama. Lain kali mampir lagi ya. Kita makan cerinya bersama-sama. Jadi tidak perlu sembunyi-sembunyi seperti tadi,” kata Kakek sambil mengedipkan sebelah matanya.
            Aku pun berjalan pulang ke rumah sambil tersenyum malu mengingat ucapan kakek tadi. Dengan mata berbinar-binar kubuka pintu rumahku yang memang tidak terkunci itu. Senang rasanya dapat berkenalan dengan orang sebaik Kakek Ojikawa tadi.
***

            Setelah kejadian itu, setiap hari aku selalu mengusahakan untuk mampir ke rumah Kakek Ojiakawa setiap pulang sekolah. Sudah seminggu aku rajin mengunjungi Kakek yang ternyata hanya tinggal dengan seorang pembantu di rumah yang cukup besar itu.
            Hingga pada suatu hari, aku berjalan melewati rumahnya saat akan pulang dari sekolah. Aku bingung melihat ada bendera kuning yang terpasang di dahan pohon ceri yang dulu pernah kupetik buahnya itu. Aku terkejut sekali saat bertanya dan jawaban yang kudapatkan adalah nama Kakek Ojikawa.
            Air mataku pun tak dapat kubendung lagi. Aku pun menangis saat itu juga. Lututku gemetaran. Tak kusangaka Kakek akan pergi secepat itu. Apalagi kami baru kenal selama seminggu. Tiba-tiba, seorang wanita berpakaian serba hitam menghampiriku.
            “Kamu Ceri ya?” sapa wanita itu dengan ramah.
            “Iya. Tante siapa?” tanyaku dengan suara masih menahan tangis.
            “Saya anak dari Kakek Ojikawa. Saya hanya ingin memberikan sesuatu yang dititipkan Ayah saya untuk kamu. Beliau ingin agar kamu memiliki ini.” wanita itu berkata sambil mengulurkan sebuah kotak kayu berbentuk persegi panjang.
            “Apa ini?” tanyaku lagi.
            “Buka saja di rumah. Ini benda berharga beliau. Saya harap kamu dapat menjaga barang ini dengan baik.” pesan wanita itu.
            Aku mengangguk singkat. Kubawa kotak itu sambil berjalan linglung menuju ke rumah. Aku sangat penasaran sekali apa isi dari kotak kayu itu. Aku juga ingin tahu mengapa Kakek meberikan barang berharganya kepadaku, anak kecil yang bisa dibilang baru dikenalnya ini.
            Sesampainya di rumah, aku langsung masuk ke kamarku dan menguncinya. Secara perlahan, kubuka kotak kayu yang ternyata cukup berat ini. Betapa terkejutnya aku ketika sebuah biola menyapu pengeliahatanku. Walaupun aku tidak mengerti apa-apa tentang biola, aku merasa bahwa biola ini mempunyai ciri khas tersendiri.
            Saat aku mengambil perlahan biola itu dari tempatnya, kulihat ada surat yang terjatuh dari bawah biola itu. Kubaca perlahan isi surat itu. Kuresapi setiap kata yang ditulis oleh Almarhum Kakek Ojikawa. Tak terasa air mataku pun mengalir di pipi. Dapat kubayangkan perasaan Kakek Ojikawa saat menulis surat ini. Aku yakin Kakek pasti akan tenang di alam sana. Sampai pada akhir surat itu, air mataku terjatuh tepat pada bagian nama Kakek Ojikawa.

Untuk Ceri, cucuku.
Saat kamu membaca surat ini, Kakek telah pergi meninggalkanmu. 
Maafkan Kakek karena Kakek tidak sempat pamit kepadamu. 
Tetapi di sini, Kakek ingin mengucapkan terima kasih kepadamu.
Terima kasih karena telah membuat hidup Kakek menjadi berwarna di akhir hidup kakek.
Terima kasih telah bersedia menemani Kakek setiap pulang sekolah.
Walaupun sangat singkat, itu sangat berarti untuk Kakek. 
Terima kasih juga karena kamu telah menjadi cucu Kakek selama ini.
Mungkin kamu sudah lupa, tetapi Kakek ingin memberi tahumu mengapa dulu Kakek sempat memanggilmu Vega.
Vega adalah nama cucu Kakek yang telah meninggal 2 tahun yang lalu karena kecelakaan mobil. 
Dia meninggal saat perjalanan akan melaksanakan konser tunggalnya. 
Biola itu adalah biola yang akan digunakan Vega untuk melaksanakan konsernya.
Kakek ingin kamu memiliki biola itu karena Kakek ingin kamu meneruskan cita-cita Vega yang tidak sampai terlaksana. 
Kakek harap kamu mau belajar memainkan biola itu. 
Kakek juga berharap suatu saat kamu bisa memainkannya di dekat Kakek.

                                                                                 Salam sayang,


                                                                                Kakek Ojikawa

 ***

Lima tahun kemudian
            Kulangkahkan kakiku dengan mantap di antara deret-deret makam di sana. Sampailah aku di sebuah makam yang mulau rimbun oleh rumput. Saat kutemukan makam yang kucari, aku berjongkok di depan nisan itu.
            Ya, aku sedang mengunjungi Kakek Ojikawa. Aku ingin sekali mewujudkan keinginan terkahirnya itu, mendengarkan permainan biolaku. Kubuka kotak biola dan segera kumainkan sebuah lagu rindu yang kuciptakan sendiri untuk Kakek. Nadanya sangat menyayat hati, membuat siapa saja yang mendengarnya pasti akan bergidik.
            Setelah selesai, aku baru menyadari ternyata pipiku sudah basah oleh air mata. Aku pun berkata dalam hati, Kakek, terima kasih atas segalanya. Kakek yang membuatku meanjadi seperti ini. Aku sudah berhasil menjadi pemain biola ternama. Semua ini berkat Kakek. Aku tidak akan pernah melupakan jasa kakek. Hanya inilah yang bisa kulakukan untuk Kakek. Semoga Kakek bahagia di sana melihat ini.
            Aku pun menanam benih pohon ceri di sebelah makam Kakek. Aku berharap pohon ini akan selalu mengingatkan Kakek akan aku dan begitu pula sebaliknya. Pohon ceri ini akan menjadi kenang-kenangan dariku, Ceri.
***