Sebenarnya ini tugas ospek, tapi yaudahlah ya sekalian ngisi blog yang
udah terbengkalai.
Temanya kritik terhadap pemerintah. Ngomongin pemerintah pasti nggak
lepas dari politik, which I really hate the most. Sama sekali nggak
kepikiran buat jadi politikus nantinya. Makanya aku nggak bahas politik di sini.
First of all, sebagai warga negara yang baik aku tahu sistem pemerintahan
Indonesia berasaskan demokrasi. Penjelasan yang sekiranya udah universal,
dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Boleh dong kalau secara matematis aku tulis, pemerintah = rakyat. Jadiiii daripada
aku pusing nulis tentang politik, lebih enak kalau kita lihat dari kacamata
rakyat aja ya.
Selagi partai politik sibuk kritik pemerintah sana sini, sungguh sangat
membantu kalau rakyat mencoba berpikiran terbuka terhadap pemerintah kasta tinggi (read:
Presiden dan Kabinetnya). Ini sekilas seperti saran, tapi ini kritik....terhadap
pemerintah kasta rendah (read: rakyat).
Contoh paling mudah yaitu kasus kenaikan BBM kemarin. Dimulai dari yang paling
berpendidikan hingga tak bermoral, rakyat mengutarakan pendapatnya.
Acuh tak acuh, demo sopan, demo anarkis, debat, sosial media, dan pasti
adaaaa aja cara buat menarik perhatian. Padahal lho kalau mau melirik
aja deh, tega nggak punya negara yang hutangnya segunung? Selagi orang-orang
maksa buat nurunin bbm, pemerintah hutang sana sini buat....menyenangkan
rakyatnya (?) Disaat itu pemerintah mendapat dilema, abdi untuk negara
atau abdi untuk rakyat?
Kritik akan menjadi bualan kalau aku nggak bisa kasih solusi. Ini juga maknanya tersirat lho....
Artinya rakyat jangan hanya bisa mengkritik, tapi juga bisa memberi
pendapat bagaimana cara mengatasi. Walaupun mayoritas saran kita klise,
tapi paling tidak kita sudah berusaha membuka pikiran kita untuk setidaknya
peka terhadap masalah negara.
Menurut saya, semua akar dari permasalah rakyat adalah rendahnya rasa
kesadaran diri. Aku kadang mbayangin ya kalau masing-masing dari rakyat
bisa menyeimbangkan mana hak mana kewajiban. Andai masing-masing masyarakat sadar,
bahwa sudah seperti peribahasa, Indonesia bukan hanya pulau jawa. Bahkan mereka penghuni sabang hingga merauke rela BBM naik asal tidak kekurangan seperti sekarang. Betapa ironis.
Yang terakhir, menurutku pendidikan moral harus diterapkan pada rakyat
tanpa terkecuali. Bagai menegakkan benang basah jika dari kecil rakyat
sudah tidak berpendidikan moral, lalu tumbuh menjadi insan pertiwi tak bermoral, dan akhirnya
terpilih secara demokratis menduduki kasta tinggi dengan nilai moral
nol. Bisa bayangkan jadi apa negara kita? Seperti layaknya lingkaran,
ini tidak memiliki akhir.
*Ini udah satu halaman folio bergaris belum? hahaha .__.
No comments:
Post a Comment