Tuesday, July 16, 2013

Kritik Pemerintah = Kritik Rakyat



Sebenarnya ini tugas ospek, tapi yaudahlah ya sekalian ngisi blog yang udah terbengkalai.

Temanya kritik terhadap pemerintah. Ngomongin pemerintah pasti nggak lepas dari politik, which I really hate the most. Sama sekali nggak kepikiran buat jadi politikus nantinya. Makanya aku nggak bahas politik di sini.

First of all, sebagai warga negara yang baik aku tahu sistem pemerintahan Indonesia berasaskan demokrasi. Penjelasan yang sekiranya udah universal, dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Boleh dong kalau secara matematis aku tulis, pemerintah = rakyat. Jadiiii daripada aku pusing nulis tentang politik, lebih enak kalau kita lihat dari kacamata rakyat aja ya.

Selagi partai politik sibuk kritik pemerintah sana sini, sungguh sangat membantu kalau rakyat mencoba berpikiran terbuka terhadap pemerintah kasta tinggi (read: Presiden dan Kabinetnya). Ini sekilas seperti saran, tapi ini kritik....terhadap pemerintah kasta rendah (read: rakyat).       


Contoh paling mudah yaitu kasus kenaikan BBM kemarin. Dimulai dari yang paling berpendidikan hingga tak bermoral, rakyat mengutarakan pendapatnya. Acuh tak acuh, demo sopan, demo anarkis, debat, sosial media, dan pasti adaaaa aja cara buat menarik perhatian. Padahal lho kalau mau melirik aja deh, tega nggak punya negara yang hutangnya segunung? Selagi orang-orang maksa buat nurunin bbm, pemerintah hutang sana sini buat....menyenangkan rakyatnya (?) Disaat itu pemerintah mendapat dilema, abdi untuk negara atau abdi untuk rakyat?

Kritik akan menjadi bualan kalau aku nggak bisa kasih solusi. Ini juga maknanya  tersirat lho.... Artinya rakyat jangan hanya bisa mengkritik, tapi juga bisa memberi pendapat bagaimana cara mengatasi. Walaupun mayoritas saran kita klise, tapi paling tidak kita sudah berusaha membuka pikiran kita untuk setidaknya peka terhadap masalah negara.

Menurut saya, semua akar dari permasalah rakyat adalah rendahnya rasa kesadaran diri. Aku kadang mbayangin ya kalau masing-masing dari rakyat bisa menyeimbangkan mana hak mana kewajiban. Andai masing-masing masyarakat sadar, bahwa sudah seperti peribahasa, Indonesia bukan hanya pulau jawa. Bahkan mereka penghuni sabang hingga merauke rela BBM naik asal tidak kekurangan seperti sekarang. Betapa ironis.

Yang terakhir, menurutku pendidikan moral harus diterapkan pada rakyat tanpa terkecuali. Bagai menegakkan benang basah jika dari kecil rakyat sudah tidak berpendidikan moral, lalu tumbuh menjadi insan pertiwi tak bermoral, dan akhirnya terpilih secara demokratis menduduki kasta tinggi dengan nilai moral nol. Bisa bayangkan jadi apa negara kita? Seperti layaknya lingkaran, ini tidak memiliki akhir.

*Ini udah satu halaman folio bergaris belum? hahaha .__.

No comments:

Post a Comment