Friday, December 30, 2011

Filosofi Bangau dan Kamu



Selama ini, aku tidak tahu ada filosofi di setiap burung bangau yang aku buat untukmu. 
Harapan dan ketulusan.
 
Sekarang aku mengerti, ada ketulusan di setiap lipatan kertas sederhana tersebut. 
Ada harapan kecil pada setiap uluran tangan yang memindahkan burung kecil ini ke sakumu.
 
Satu dan hanya satu, membuatmu tersenyum.
Aku benci melihatmu yang tiba-tiba diam lalu menyendiri, seperti bukan kamu. 
Aku benci tidak mendengar tawamu di kelas. 
Aku benci kamu yang murung lalu menelungkupkan kepalamu ke meja sambil memasang earphone. 
Aku benci kamu yang menghindariku.
 



Membuat 1000 burung bangau tidak sesusah mengerjakan soal mat dari Pak Hasyim. Harapan yang terwujud tidak sebanding dengan mengetahui bahwa kamu tidak remidi pada semua ulangan mat.

Ini, jauh melebihi dari itu semua.

Thursday, December 29, 2011

weisst du?

Sejujurnya, setiap aku menyuruhmu untuk tidur, ada kesenangan sesaat ketika aku tahu kamu masih akan menulis sesuatu untukku. Ada harapan kecil bahwa kamu akan terus mengelak dan mengulur waktu tidurmu.

Setiap detik yang berlalu saat kamu akan datang ke rumahku, andai kamu bisa merasakan detak tak beraturan ini. Lihatlah setiap regangan otot di ujung bibir ini selalu membentuk senyuman di setiap langkah dan gerak yang kamu ambil.

 Pertanyaan, galau mbak lihat kaca terus, seharusnya tidak perlu kamu tanyakan lagi. Aku hanya.....tidak mau melihat sepasang mata yang telah membuatku sebegini jatuh. Dua buah bintang yang selalu bisa memainkan roller-coaster di balik jantungku.

  Sentuhan kecil yang seringnya terjadi dengan tidak disengaja itu, memberikan bekas tersendiri pada sebuah ingatan. Yang entah bagaimana kerjanya, mampu mengalirkan darah dari jantung menuju kedua pipi, mengharuskanku menutupi rona merah yang muncul tanpa permisi kepadaku.

  Yang terakhir, senyum dan tawa itu, adalah alasan mengapa aku masih berdiri di sampingmu, alasan setiap binar pada mataku, dan alasan setiap nafas yang kutarik, kutahan dan kulepaskan.

  Seandainya kamu bisa membaca pikiranku, aku tak perlu bersusah payah menjelaskan semua ini. 
Tapi menurutku ini seni dari menuangkan isi hati dan pikiran itu sendiri, pada sebuah tulisan.

I was about half in love with him by the time we sat down. That's the thing about boys. Every time they do something good... you fall half in love with them, and then you never know where the hell you are.
-J. D. Salinger (with edited)

Friday, December 16, 2011

Pilot dan Pesawat


Ini seperti berpesawat tapi tak berpilot. Kita terbang, ya, tapi tak tahu tujuan. Orang awam hanya mengerti bahwa pesawat ini berada pada suatu ketinggian, tapi ke mana?

Aku suka, melayang di udara. Menyentuh dinginnya kapas yang menggantung di langit. Menyapa kawanan hitam bersayap yang riuh rendah membelah langit sambil bersiul.

Tapi......sesenang apapun, ini tetap mengambang. Seperti perahu kertas yang menjelajah hamparan biru dunia. Kecil, tertatih, dan.....hilang arah?

Aku butuh kompas, di mana pun aku berpijar sekarang. Entah itu bentangan biru di atas atau di bawah, aku butuh penunjuk arahku. Tunggu, aku butuh tujuan bukan arah. Lihat bedanya?

Tujuan menghasilkan arah, tapi arah tidak menghasilkan tujuan. Aku akan ke Paris, arah? Tinggal pilih. Tapi tanpa tujuan? Bahkan aku tak bisa berpikir.

So, where are you gonna take me? :)

Thursday, December 15, 2011

Aeroplane ;)


I took some pictures before physics exam, yah you-know-how-bored physics is -_-
Random, don't you?
The bird one is made by me, and the plane one is made by you ;)