Tuesday, August 26, 2014

It's Over

Ada yang harus dilepaskan untuk tahu rasanya lega, ada yang harus menghilang untuk tahu rasanya sesal.....
-Zarry Hendrik-

Tuesday, July 16, 2013

Kritik Pemerintah = Kritik Rakyat



Sebenarnya ini tugas ospek, tapi yaudahlah ya sekalian ngisi blog yang udah terbengkalai.

Temanya kritik terhadap pemerintah. Ngomongin pemerintah pasti nggak lepas dari politik, which I really hate the most. Sama sekali nggak kepikiran buat jadi politikus nantinya. Makanya aku nggak bahas politik di sini.

First of all, sebagai warga negara yang baik aku tahu sistem pemerintahan Indonesia berasaskan demokrasi. Penjelasan yang sekiranya udah universal, dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Boleh dong kalau secara matematis aku tulis, pemerintah = rakyat. Jadiiii daripada aku pusing nulis tentang politik, lebih enak kalau kita lihat dari kacamata rakyat aja ya.

Selagi partai politik sibuk kritik pemerintah sana sini, sungguh sangat membantu kalau rakyat mencoba berpikiran terbuka terhadap pemerintah kasta tinggi (read: Presiden dan Kabinetnya). Ini sekilas seperti saran, tapi ini kritik....terhadap pemerintah kasta rendah (read: rakyat).       


Contoh paling mudah yaitu kasus kenaikan BBM kemarin. Dimulai dari yang paling berpendidikan hingga tak bermoral, rakyat mengutarakan pendapatnya. Acuh tak acuh, demo sopan, demo anarkis, debat, sosial media, dan pasti adaaaa aja cara buat menarik perhatian. Padahal lho kalau mau melirik aja deh, tega nggak punya negara yang hutangnya segunung? Selagi orang-orang maksa buat nurunin bbm, pemerintah hutang sana sini buat....menyenangkan rakyatnya (?) Disaat itu pemerintah mendapat dilema, abdi untuk negara atau abdi untuk rakyat?

Kritik akan menjadi bualan kalau aku nggak bisa kasih solusi. Ini juga maknanya  tersirat lho.... Artinya rakyat jangan hanya bisa mengkritik, tapi juga bisa memberi pendapat bagaimana cara mengatasi. Walaupun mayoritas saran kita klise, tapi paling tidak kita sudah berusaha membuka pikiran kita untuk setidaknya peka terhadap masalah negara.

Menurut saya, semua akar dari permasalah rakyat adalah rendahnya rasa kesadaran diri. Aku kadang mbayangin ya kalau masing-masing dari rakyat bisa menyeimbangkan mana hak mana kewajiban. Andai masing-masing masyarakat sadar, bahwa sudah seperti peribahasa, Indonesia bukan hanya pulau jawa. Bahkan mereka penghuni sabang hingga merauke rela BBM naik asal tidak kekurangan seperti sekarang. Betapa ironis.

Yang terakhir, menurutku pendidikan moral harus diterapkan pada rakyat tanpa terkecuali. Bagai menegakkan benang basah jika dari kecil rakyat sudah tidak berpendidikan moral, lalu tumbuh menjadi insan pertiwi tak bermoral, dan akhirnya terpilih secara demokratis menduduki kasta tinggi dengan nilai moral nol. Bisa bayangkan jadi apa negara kita? Seperti layaknya lingkaran, ini tidak memiliki akhir.

*Ini udah satu halaman folio bergaris belum? hahaha .__.

Thursday, October 11, 2012

Ego

Apa yang tersisa sekarang? Saat aku pun bahkan memandang rendah diri sendiri, sebelah mata. Mau seberapa banyak air mata yang bermuara, ini tidak mengubah apa pun. Malah menambah rasa kasihan pada diri sendiri. Aku terlalu menyedihkan.

Hingga kapan aku ingin seperti ini? Tidur larut hanya untuk menghitung harapan kosong yang tak terhingga. Aku bisa apa? Apa yang aku bisa? Tidak ada.

Aku suka menangis. Saat mereka yang berjanji padaku tak akan pergi ke mana, bahkan tak sudi untuk menemani. Mungkin lelah menghadapiku dan aku, tidak bisa menyalahkan.

Aku lebih suka menyimpan ini pada diri sendiri. Kenyang oleh petuah. Yang aku butuhkan hanyalah kamu yang memegang janjimu. Tidak perlu menanyaiku ada apa. Sudah basi. Kamu yang menemaniku bicara tanpa bosan, tanpa lelah. Where can I find you?

Kamis, 11 Oktober 2012. 11.26 pm

Tuesday, February 07, 2012

Tanpa Jejak

Aku melukis di atas air,
hanya riaknya yang tertinggal
Aku menggambar di atas pasir,
nampak lalu terbawa angin
Aku berlari terjatuh,
melangkah pun kaki tertatih

 Detik merenung tak berkawan,
menit mematung tak berguna
Air mata menyerbu,
berbaur dengan tirta alami langit
Matahari tampak meredup,
bak bersaing dengan hari

Untaian benang abu-abu,
masih terpintal lemah
Angin bergerak lembut,
berbisik sendu
Meninggalkan ranting kering kemarau,
terinjak ribuan kaki

drw, 2012

Friday, December 30, 2011

Filosofi Bangau dan Kamu



Selama ini, aku tidak tahu ada filosofi di setiap burung bangau yang aku buat untukmu. 
Harapan dan ketulusan.
 
Sekarang aku mengerti, ada ketulusan di setiap lipatan kertas sederhana tersebut. 
Ada harapan kecil pada setiap uluran tangan yang memindahkan burung kecil ini ke sakumu.
 
Satu dan hanya satu, membuatmu tersenyum.
Aku benci melihatmu yang tiba-tiba diam lalu menyendiri, seperti bukan kamu. 
Aku benci tidak mendengar tawamu di kelas. 
Aku benci kamu yang murung lalu menelungkupkan kepalamu ke meja sambil memasang earphone. 
Aku benci kamu yang menghindariku.
 



Membuat 1000 burung bangau tidak sesusah mengerjakan soal mat dari Pak Hasyim. Harapan yang terwujud tidak sebanding dengan mengetahui bahwa kamu tidak remidi pada semua ulangan mat.

Ini, jauh melebihi dari itu semua.

Thursday, December 29, 2011

weisst du?

Sejujurnya, setiap aku menyuruhmu untuk tidur, ada kesenangan sesaat ketika aku tahu kamu masih akan menulis sesuatu untukku. Ada harapan kecil bahwa kamu akan terus mengelak dan mengulur waktu tidurmu.

Setiap detik yang berlalu saat kamu akan datang ke rumahku, andai kamu bisa merasakan detak tak beraturan ini. Lihatlah setiap regangan otot di ujung bibir ini selalu membentuk senyuman di setiap langkah dan gerak yang kamu ambil.

 Pertanyaan, galau mbak lihat kaca terus, seharusnya tidak perlu kamu tanyakan lagi. Aku hanya.....tidak mau melihat sepasang mata yang telah membuatku sebegini jatuh. Dua buah bintang yang selalu bisa memainkan roller-coaster di balik jantungku.

  Sentuhan kecil yang seringnya terjadi dengan tidak disengaja itu, memberikan bekas tersendiri pada sebuah ingatan. Yang entah bagaimana kerjanya, mampu mengalirkan darah dari jantung menuju kedua pipi, mengharuskanku menutupi rona merah yang muncul tanpa permisi kepadaku.

  Yang terakhir, senyum dan tawa itu, adalah alasan mengapa aku masih berdiri di sampingmu, alasan setiap binar pada mataku, dan alasan setiap nafas yang kutarik, kutahan dan kulepaskan.

  Seandainya kamu bisa membaca pikiranku, aku tak perlu bersusah payah menjelaskan semua ini. 
Tapi menurutku ini seni dari menuangkan isi hati dan pikiran itu sendiri, pada sebuah tulisan.

I was about half in love with him by the time we sat down. That's the thing about boys. Every time they do something good... you fall half in love with them, and then you never know where the hell you are.
-J. D. Salinger (with edited)

Friday, December 16, 2011

Pilot dan Pesawat


Ini seperti berpesawat tapi tak berpilot. Kita terbang, ya, tapi tak tahu tujuan. Orang awam hanya mengerti bahwa pesawat ini berada pada suatu ketinggian, tapi ke mana?

Aku suka, melayang di udara. Menyentuh dinginnya kapas yang menggantung di langit. Menyapa kawanan hitam bersayap yang riuh rendah membelah langit sambil bersiul.

Tapi......sesenang apapun, ini tetap mengambang. Seperti perahu kertas yang menjelajah hamparan biru dunia. Kecil, tertatih, dan.....hilang arah?

Aku butuh kompas, di mana pun aku berpijar sekarang. Entah itu bentangan biru di atas atau di bawah, aku butuh penunjuk arahku. Tunggu, aku butuh tujuan bukan arah. Lihat bedanya?

Tujuan menghasilkan arah, tapi arah tidak menghasilkan tujuan. Aku akan ke Paris, arah? Tinggal pilih. Tapi tanpa tujuan? Bahkan aku tak bisa berpikir.

So, where are you gonna take me? :)

Thursday, December 15, 2011

Aeroplane ;)


I took some pictures before physics exam, yah you-know-how-bored physics is -_-
Random, don't you?
The bird one is made by me, and the plane one is made by you ;)

Wednesday, November 30, 2011

Am I Talking.....Love? -___-

Kata Bu As, cinta itu nggak memiliki. Munafik. Setiap orang pasti ingin memiliki dan dimiliki. Entahlah, Dee emang bener. Nggak ada satu pun quote, dari siapa pun yang bisa mendefinisikan tentang cinta. Mendekati pun nggak. Yang jelas, it can not be seen by anything but heart. Klise, sejak kapan hati punya mata? Oke ralat, it can only be felt by heart.

Satu-satunya what-people-usually-say-about-love yang aku percaya cuma, love is unpredictable. Terlalu banyak kemungkinan-kemungkinan yang awalnya impossible turns to possible. Peluang pun nggak segampang itu bisa dihitung pakai rumus P= n(A) : n(S). So, I learn to expect nothing from love.
 
I may say the best feeling ever is when you are in love. I wouldn't know what to say, it just feels like doing roller-coaster game. Your heart can not stop its beat, then you are afraid that you'll fall down if you're on the top, at the same time you're happy because it's just full of fun, we are going to scream out loud of what we feel, and when we are done, all we're gonna do is play it again again and again. Addicted, kalau mau pakai bahasa kerennya.
 
Buuuuuut....I may also say that the worst feeling ever is when you are already fallin with one person...and that person is already fallin in with another girl. How could a love hurt this bad? Pepole who do one-sided-love, only learn to dream, wish and hope. It just makes a circle-cycle, fallin in-hopin-hopeless-forgetting-fallin in-hopin- and so on.
 
Okay, let's make some conclusions. First of all, don't fall in love. We know that there's just too much to lose. Actually, it depends on how breaf you are of taking the risk. Second, remember it, love is unpredictable. So, just expect nothing from love. And last but not the least, where does love bring us? Believe it, anywhere it goes, just follow. Because everything happens for a reason. So does love, behind the worse one, there are always the better and the best part.

Tuesday, November 22, 2011

Pretending


Pretending, is the hardest part of life. We have to smile, even our lips have no strength to hold this worried. We make a great face, even eyes closed to fight with this tears. We try to stand, even this feet have fallen for many times so we could just get up and go.

But as you know, sometimes pretending is needed. I pretend to smile, making a great face, standing, so people see I am happy. The real is, I am lying. Behind of looking good, I have my own pain, but once again, pretending is a way to face it off.

As time goes by, pretending is not that hard to do. I'm sure we have our own mask, to show our fake face and hide what we feel inside.

Pretending is inseperable.